Cerita dibawah ini benar terjadi dan semoga ada hikmahnya #klasik. hehe
Here We Go :)
Famili saya tidak bisa dipisahkan dengan penyakit
degeneratif seperti diabetes, hipertensi, asam urat, dll. Mungkin ada
hubungannya dengan kebiasaan pola makan. Berhubung saya, mahasiswa
kedokteran dan satu-satunya yang sedikit mengerti tentang medis di
keluarga besar, otomatis saya sering menerima berbagai pertanyaan
seputaran medis bahkan dari semester 1, hahaha. Sekarang saya di
semester 5 , masih belajar ilmu yang sangat susah
sangat asik tetapi harus bisa untuk jadi dokter, bernama farmakologi.
Ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan, efek sampingnya, interaksinya
dengan tubuh kita, serta dengan obat lain.
Suatu ketika ada famili saya menceritakan keluhannya
secara detail, beliau menderita penyakit gout arthritis (penyakit nyeri pada sendi karena kadar asam
urat yang tinggi) sejak 15 tahun yang lalu, dan 5 tahun belakangan ini
didiagnosis menderita hipertensi. Beliau rutin minum allopurinol untuk
menurunkan kadar asam uratnya serta lodoz ( beta blocker dan diuretik)
yang keduanya direkomendasikan oleh dokter langganannya. Saya tahu
sekitar satu bulan yang lalu beliau MRS ( masuk rumah sakit) karena tiba-tiba pusing , pandangan kabur, dan sangat lemas. Ternyata sebelum MRS, penyakit asam uratnya kambuh, mungkin penyakit asam urat ini sebagai faktor pemicu.
Berhubung saya sedang belajar farmakologi ( dan soal ujian
biasanya menanyakan tentang interaksi obat, hehehehehe) , saya langsung
ingat bahwa obat diuretik (salah satu kandungan lodoz) mempunyai efek
samping meningkatkan kadar asam urat darah pasien, tidak cukup bermakna
pada orang normal, tetapi dapat meningkatkan kadar asam urat pada
penderita gout. Saya memberanikan diri untuk mengutarakan hal tersebut kepada beliau, tetapi saya tidak berani menyarankan (baca : sadar belum berkompeten, hehe) untuk mengganti dengan obat antihipertensi yang lain.
If you want to know about beta 1 blocker drug :
Kandungan
beta 1blocker pada lodoz menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada
reseptor di jantung, menurunkan kontraktilitas dan denyut jantung,
sehingga reseptor memberikan kompensasi dengan meningkatkan pembentukan
dirinya.
Akibatnya
setelah penggunaan kronis, reseptor tersebut menjadi lebih banyak,
sehingga jika dihentikan tiba-tiba, dapat menimbulkan peningkatan denyut
jantung, aritmia, gagal jantung, hingga kematian.
Famili saya akhirnya memutuskan untuk check up ke rumah sakit di negeri tetangga. Untungnya hasilnya dalam
keadaan baik . Beliau lalu menceritakan baru saja keluar dari RS dan
meminta untuk pemeriksaan lebih lanjut, tapi dokter tersebut mengatakan
tidak perlu.
Ketika dokter di negeri tetangga itu mengetahui obat antihipertensi
yang diminum lodoz (mengandung diuretik) dan jelas-jelas famili saya
penderita gout (kakinya masih bengkak pada saat itu) dokter tersebut
marah-marah dengan nada emosi "dokter bodo yang memberikan obat ini, pantes saja penyakit asam urat bertambah parah"
Dokter negeri tetangga kemudian mengganti obat antihipertensi yang mengandung diuretik dengan obat golongan ARB (Angiotensin Receptor Blocker) yang memang sampai saat ini terbukti aman untuk penderita asam urat.
Famili
saya akhirnya pulang ke indonesia dan tiga hari kemudian menelfon saya,
beliau bercerita pengalamannya berobat di negeri tetangga tetapi
kakinya yang bengkak karena asam urat masih belum sembuh dan beliau
mengeluh nadinya sangat cepat ( lebih dari 100 x/ menit saat istirahat) ,
jantung berdebar-debar serta cepat lelah. Denyut nadi normal 60-100x
/menit, idealnya sekitar 70-80x/menit saat beristirahat.
Lagi-lagi mata kuliahfarmakologi membantu,
dari yang beliau ceritakan, hipotesa yang paling cocok , denyut nadi
yang sangat cepat timbul karena efek penghentian obat beta blocker
(kandungan pada lodoz) mendadak.
Dokter di negeri tetangga itu memang benar , obat antihipertensi ARB
baik untuk asam urat, tetapi karena terlalu emosi beliau lupa jika
penghentian obat beta blocker harus perlahan-lahan dengan penurunan
dosis yang bertahap.
Beliau akhirnya berkonsultasi dengan dokter langganannya di
indonesia, dan dokter tsb mengatakan untuk sementara kembali ke lodoz (
obat beta blocker + diuretik) . Kali ini hipotesa saya diterima, denyut
nadinya kembali normal seperti sedia kala dan bisa beraktivitas seperti
biasa. Tetapi dalam kasus ini tetap harus diupayakan penghentian obat antihipertensi lodoz secara bertahap untuk diganti dengan obat lain yang tidak mempunyai interaksi dengan penyakit gout.
Untuk pertama kalinya setelah lebih dari dua tahun saya merasa bersyukur apa yang saya pelajari di bangku kuliah tidak sia-sia dan
bisa memberikan manfaat. Yah, farmakologi, mata kuliah susah tapi
menarik yang menolong gadis 19 tahun menjadi lebih berguna untuk
sesamanya.
What i learn?
Simple, no body's perfect included a doctor. Sometimes he's just too tired (he is awake when people sleep and still works when people work) and
make a small mistake. But he shouldn't judge another doctor with
inappropriate word like "stupid" in front of the patient. The awkward
thing , he made another mistake then.
So for the patient?
Doctor will give you medicine to treat your self, but i
think you're still the person who know your body the most, so if you
feel unusual or some bad things in your body especially after drinking
new drugs , you should contact your doctor immediately or you can find
the second opinion from another doctor.
Live better
Sumber Ilmiah :
Buku Farmakolog Katzung Edisi 12
Buku Farmakologi UI Edisi V
Tidak ada komentar:
Posting Komentar