Halaman

Minggu, 20 Juli 2014

Alergi pada Kulit

Alergi pada kulit dapat menimbulkan gejala yang bermacam-macam, eksim, utricaria, hingga buntunya jalan nafas yang dapat mengakibatkan kematian. 
Artikel di bawah ini khusus membahas eksim kering , yang dalam dunia medis sering disebut dermatitis. 
Apa itu dermatitis? 
Dermatitis merupakan penyakit kronik yang bersifat rekuren ( sering kambuh) yang ditandai dengan gatal-gatal sebagai gejala utama. Gejala penyertanya antara lain kulit kemerahan , kulit kering, terjadi sebelum usia 2 tahun, riwayat asma/rhinitis, dan lokasi yang sesuai ( Catatan :gejala penyerta cukup 3 saja sudah bisa didiagnosis sebagai dermatitis, untuk diagnosis pasti silahkan mengunjungi dokter terdekat) 

Nah, ternyata lokasi dermatitis agak berbeda pada bayi dengan orang dewasa. Pada bayi, gatal dan kemerahan cenderung berdiam di pipi, kulit kepala, dan selangkangan. Seiring bertambahnya usia, dermatitis lebih sering ditemukan di area lipatan dan area menjadi lebih luas. 

Apakah dermatitis penyakit keturunan?
Jika anda mempunyai sikap buruk seperti saya yang hobi menyalahkan genetik, maka perlu untuk diketahui dermatitis dipengaruhi oleh banyak faktor dan genetik bukan satu-satunya. Jadi masih banyak yang bisa dilakukan sebelum memilih pasrah dengan genetik kita.

Dermatitis juga dipengaruhi oleh lingkungan, imun, dan pelindung(barrier) kulit
Sehingga dermatitis bukan penyakit alergi murni.

Dimanakah posisi dermatitis anda sekarang? 

Akut : cairan serous (tidak terlalu kental) di atas kulit. Kulit disertai dengan bintik-bintik yang sangat gatal dan dasar kemerahan.
Subakut : plak di atas kulit kemerahan
Kronik : kulit menebal dan menjadi lebih gelap, dengan bintik-bintik yang kadang sudah mengelupas

Apa yang bisa dilakukan jika sudah terkena dermatitis? 

Dermatitis biasanya kambuh karena suatu pencetus, diantaranya, perubahan cuaca, makanan, keringat, dan kelembaban kulit yang kurang. Makanan (susu sapi, telur, seafood, gandum, kacang) juga kerap kali menjadi pencetus, kecurigaan terhadap makanan tertentu perlu pemeriksaan lebih lanjut. 

Upaya mencari pencetus adalah hal yang utama, tetapi sering kali pencetusnya tidak diketahui.

Tapi masih banyak yang bisa kita lakukan untuk menurunkan frekuensi dan parahnya kekambuhan, antara lain: 

-Tidak melakukan scrubbing dan menggosok yang berlebihan saat mandi
-Menghindari paparan panas, hot shower, baju yang ketat, keringat, dll
-Minimalisasi paparan sinar matahari, kosmetik, dan deodorant
-Gunakan sabun lebih sedikit pada daerah lipatan. Sabun bisa menjadi faktor pencetus dermatitis.
-Menggunakan pelembab (berbahan dasar glycerol, propylene glycol, dll) setelah mandi untuk menghindari kulit kering dan memperkuat barrier kulit

Dan yang terakhir sekaligus yang terpenting : jangan menggaruk saat kambuh
-Usahakan untuk tidak menggaruk. Kenapa? Karena menggaruk hanya akan memperparah proses radang dan membuat menjadi semakin gatal

Apa saja obat-obatan yang dapat digunakan?

1. Obat golongan kortikosteroid
Golongan ini masih menjadi primadona dalam manajemen dermatitis. Tetapi penggunaannya secara topikal(oles) , sehingga efek sistemik bisa diminimalisasi

Yang perlu diperhatikan:

1. Obat ini terdiri dari berbagai potensi, lesi yang akut dan kulit tipis cenderung menggunakan potensi yang rendah. Lesi yang kronik dan menebal lebih baik menggunakan obat dengan potensi yang lebih tinggi
2. Tidak menggunakannya bersamaan dengan emollient/ pelembab. Pelembab dapat mengurangi khasiatnya 
3. Tidak membeli sendiri di luar resep dokter. Walaupun penggunaanya secara topikal, obat ini dapat menimbulkan berbagai efek samping, kulit tipis kemerahan, infeksi , dll
4. Obat ini tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba. Penghentiannya secara bertahap melalui penurunan dosis
5. Tidak boleh menggunakan obat kortikosteroid potensi tinggi secara terus-menerus. 

2. Antibiotik
Antibiotik topikal sering kali diresepkan jika ditemukan adanya infeksi.

3. Obat lain
Obat golongan lain yang digunakan, calcineurin inhibitor, cycslosporine, obat kortikosteroid oral, methotrexate. Obat ini digunakan pada pasien yang resisten (gagal dengan kortikosteroid topikal) . Karena efek sampingnya yang luas, penggunaan obat ini memerlukan monitoring yang ketat oleh dokter.

Sayangnya teknologi belum bisa merubah genetik 
Semakin hari semakin banyak menimbulkan penyakit
Tetapi menyalahkannya dan pasrah tidak akan mengubah apapun. 
Banyak yang masih bisa kita perbuat dari pada diam termenung

Semoga bermanfaat :) 

Content Sources: 

-Consensus guidelines for the management of atopic dermatitis: An Asia–Pacific perspective, Journal of Dermatology 2013; 40: 160–171
-Skin colonization by Stophylococcus oureus in patients with eczema and atopic dermatitis and relevant combined topical therapy: British journal dermatology 2006:155 ;681-689
-Risk factors for developing atopic dermatitis,  Dan Med J 2013;60(7):B4687
-Atopic dermatitis, N Engl J Med 2008; 358:1483-1494
-Slide kuliah Atopic Dermatitis Ilmu Kesehatan kulit dan kelamin FKUA
-Atlas penyakit kulit dan kelamin edisi 2 SMF ilmu kesehatan kulit dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar