Halaman

Rabu, 30 April 2014

Secangkir Teh

Sendiri di ruang waktu
Saat hari menjelang senja.
Kesedihan itu datang kembali dan merasuk ke dalam jiwa
Membuat bulu kudukku merinding
Aku takut.
Secangkir teh hangat dengan setia menemaniku.
Dia tidak pernah bertanya mengapa aku bersedih, 
aku tidak harus bercerita padanya, seolah dia sudah tahu jawabnya. 

Aku bisa menangis lepas, yang kadang aku terlalu malu untuk menangis.
Aroma teh khas menenangkan hati yang sedang gundah. 
Secangkir teh membisikkanku hidup ini terlalu indah untuk ditangisi                  
                                                         
Pemetik daun teh memilih pucuk daun teh terbaik sebelum memetiknya.     
Rutinitas yang mereka lakukan berulang setiap hari 
Jujur aku tidak sehebat mereka, aku pasti merasa bosan       
Kebiasaan membuat mereka melakukannya lebih cepat dari hari ke hari

Kadang mereka melakukan kesalahan, 
Dari sekian ribu daun teh itu, ada beberapa yang tidak layak untuk dipetik                             
Saat memutuskan sesuatu terlalu cepat kita bisa saja salah ,
tapi bukankah lebih baik dari pada berpikir lama, ragu-ragu dan juga salah?          
Daun teh yang dilihat perlahan, diamati seksama, dielus dan ternyata tidak dipilih
Dia pasti merasa lebih sakit dari temannya yang tidak dilihat dan tidak dipilih
                                                   
Satu atau dua daun teh yang tidak layak tidak akan mempengaruhi cita rasa secangkir teh.      
Rasanya masih sama , masih tetap nikmat bagi pencitanya.              
Tanpa kita sadari banyak orang yang tidak kita kenal yang membuat kita merasa lebih baik setiap harinya

Picture souces : 
www.nyuhbalivillas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar