Kata alergi tentu sudah tidak asing lagi, prevalensinya kini terus
meningkat dan menjadi momok bagi penderitanya. Walaupun tidak mematikan dan tidak
progresif, alergi cenderung berlangsung seumur hidup, menghabiskan biaya
yang tidak sedikit, dan sering kali bersifat sangat mengganggu. Di tulisan ini akan dibahas seluk beluk alergi, mulai dari definisinya, faktor risiko alergi, terapi, hingga pencegahannya. So check it out :)
Apa itu Alergi?
Alergi adalah hipersensitivitas imun tubuh,
dimana kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi diri kita dari
penyakit malah menjadi sangat reaktif sehingga bahan yang seharusnya
tidak berbahaya dianggap berbahaya. Gejala alergi seperti gatal-gatal
setelah makan makanan tertentu ( seperti seafood, susu, coklat) , alergi
debu, rhinitis, hingga asma.
Hipersensitivitas sendiri sebenarnya terbagi menjadi 4
subtipe, tetapi di tulisan ini hanya membahas hipersensitivitas tipe I
yang sering terjadi dan berkaitan dengan ig ( immunoglobulin) E.
Walapun alergi sudah dikenal sejak lama, tetapi sampai sekarang
belum ada obat yang bisa menyembuhkan alergi dan mencegah kekambuhannya
100% . Penelitian masih terus berlanjut dan mengarah ke biomolekuler
untuk menemukan obat yang bekerja spesifik dan tidak menyebabkan efek
samping pada organ lain.
Apa beda Alergi dengan Penyakit Autoimun?
Jika anda pernah mendengar lupus, lupus ialah contoh penyakit
autoimun, kekebalan tubuh yang menyerang diri sendiri sehingga
menyebabkan kerusakan berbagai organ. Sekilas, kedengarannya mirip
dengan alergi, tapi prosesnya berbeda.
Alergi melibatkan sel T helper 2 sedangkan proses autoimun melibatkan sel T helper 1.
Apakah alergi diturunkan?
Tidak diturunkan secara pasti dan jelas seperti penyakit buta
warna, kelainan darah, dll, tetapi orang tua yang mempunyai alergi
memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki anak yang alergi jika
lingkungan mendukung. ( Di bagian akhir tulisan ini akan dibahas cara
memanipulasi lingkungan untuk menurunkan risiko penurunan alergi dari
orang tua ke anak)
Apakah alergi bisa disembuhkan?

Apa saja terapi untuk alergi?
Terapi desentisasi , terapi yang populer karena tidak hanya
mengobati gejala alergi tetapi juga. membuat kekebalan tubuh menjadi
tidak terlalu reaktif terhadap alergen ( bahan penyebab alergi) .
Desentisasi dilakukan dengan memberikan alergen dalam jumlah yang sangat
sedikit secara terus-menerus sampai imun kita menjadi tidak reaktif
lagi terhadap bahan tersebut.
Desentisasi ini adalah prosedur yang berbahaya, jadi tidak
bisa dicoba-coba sendiri, pelaksanaanya butuh hospitalisasi ( rawat
inap) . Waktu yang dibutuhkan bervariasi, dari yang hanya beberapa jam
saja hingga beberapa minggu.
Terapi lain adalah injeksi immunoterapi, penyuntikan
dilakukan secara berkala, biasanya tidak membutuhkan hospitalisasi
tetapi membutuhkan waktu total yang jauh lebih lama dari pada
desentisasi.
Obat-obat seperti kortikosteroid ( prednisone,
methylprednisolone), anti histamin , obat stabilsasi sel mast, anti
leukotrien, maupun obat-obat simptomatik ( seperti dekongestan) dapat
digunakan dengan resep dokter dalam dosis dan lama tertentu. Obat-obatan
ini tidak menyembuhkan alergi tetapi hanya mengurangi progresivitas dan
gejala alergi.
Apakah penggunaan kortikosteroid menguntungkan?
Dari banyak obat yang tersedia, obat golongan kortikosteroid
masih menjadi primadona, termasuk di negara maju, karena potensinya
yang lebih tinggi, selain menghambat proliferasi sel imun juga mampu
mencegah kerusakan jaringan. Tetapi selain kelebihannya itu,
kortikosteroid mendapat banyak perhatian karena efek sampingnya yang
bisa terjadi hampir di semua organ.
Efek samping kortikosteroid :
1. Menurunkan Respon Imun
2. Hipertensi dan peningkatan lipid darah
3. Tukak lambung
4. Osteoporosis
5. Katarak
6 . Moon face, lemak terkumpul di wajah dan perut dengan kaki tangan yang kurus.
Untuk meminimalisasi efek samping, dosis dan lama penggunaan
kortikosteroid harus benar-benar diperhatikan, sehingga lebih baik
dengan resep dokter. Penghentian kortikosteroid juga harus berhati-hati,
karena pemberian kortikosteroid dari luar akan mensupresi (menekan)
produksi kortisol alami di tubuh. Penghentian yang mendadak setelah
pengguanan jangka lama membuat tubuh tidak siap memproduksi kortisol
dalam jumlah cukup sehingga tubuh menjadi "kekurangan kortisol", efek
samping yang paling bahaya adalah timbulnya hipoglikemia ( penurunan
glukosa darah yang drastis) yang dapat mengancam nyawa.
Apakah penurunan alergi dari orang tua ke anak bisa dicegah?
Berbagai penelitian telah membuktikan banyak yang bisa
dilakukan untuk menurunkan risiko ini. Alergi butuh faktor genetik dan
faktor lingkungan secara bersamaan untuk bisa bermanifestasi. Berikut
adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk memanipulasi faktor
lingkungan:
1. Melahirkan secara normal
Mengapa?
Saat persalinan normal, bayi akan melewati bakteri komensal
pada liang lahir ibu. Bayi ini akan memproduksi igA yang lebih tinggi
dan igE yang relatif lebih rendah. Alergi diperantai oleh IgE.
2. Memberikan ASI Eksklusif
ASI ekslusif artinya hanya memberikan ASI tanpa makanan
tambahan apapun termasuk susu formula. ASI mengandung berbagai sitokin
yang dapat meningkatkan sel T regulator . Sel T regulator berfungsi
menyeimbangkan sel T helper 1 ataupun sel T helper 2 yang terlalu
dominan sehingga pemberian ASI eksklusif bermanfaat ganda, mencegah
alergi dan penyakit autoimun
3. Tidak memberikan makanan terlalu dini tambahan dini kepada bayi
Makanan tambahan bisa diberikan setelah bayi berusia 4-6
bulan. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini kepada bayi
meningkatkan kejadian infeksi, kuman dan bakteri bisa membuat mukosa
usus menjadi tidak intak lagi.
4. Konsumsi prebiotik pada anak>1 tahun dan saat kehamilan
5. Asupan makanan yang seimbang serta paparan sinar matahari yang cukup selama kehamilan
Sekian tentang seluk beluk alergi, semoga bermanfaat :)
Sumber
Kuliah Patofisiologi Alergi Fakultas Kedokteran UNAIR
Buku Farmakologi Katzung
Buku Farmakologi Goodman and Gilman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar