Halaman

Sabtu, 05 September 2015

Dokter atau Pengusaha?

Yang mana yang lebih keren? Berjas eksekutif atau berjas putih? Tentu sudah pasti banyak perbedaan jawaban di antara kita dengan argumen masing-masing. Tenang saja, tulisan ini tidak akan membahas yang mana yang lebih keren kok :)
 
Saya peruntukkan tulisan ini bagi adik-adikku pelajar putih abu yang masih bingung mengambil jurusan apa dan juga orang tua yang mungkin berpikir salah satu profesi akan berprospek lebih cerah.

Semua profesi pada dasarnya baik, kesuksesan itu tergantung dari individu yang menjalaninya. Kesuksesan di setiap profesi mempunyai standar yang beda-beda ala profesinya sendiri yang tidak mungkin bisa dibandingkan secara head to head. Kalau kita ambil secara sedeharna, 

Hasil = Nasib/keberuntungan + usaha + passion

Sayangnya ketiga unsur tersebut tidak bisa dimatematikakan secara gamblang, mereka saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika kita tidak punya cukup passion, kita bisa saja berusaha dengan sangat baik, tetapi tidak akan pernah memberikan usaha terbaik kita.

Sekarang kita akan fokus di passion antara dunia bisnis dan dunia medis. Mungkinkan orang mempunyai passion di keduanya? Mungkin, tetapi menurut saya pasti ada yang lebih dominan.
Berhubung ini baru selesai stase psikiatri, jadi kita akan bahas dari pendekatan psikiatri (ala ilmu kedokteran jiwa) , sekalian promosi kalau ilmu psikiatri itu luas sekali dan bukan hanya menangani masalah skizofrenia.

Setiap manusia adalah makhluk bio psiko sosia kultural, yang menjadi kesatuan dan saling berinteraksi. Passion kita juga dipengaruhi oleh  kombinasi tersebut, genetik kita, pengalaman masa lalu, lingkungan, hingga bagaimana budaya dan masyarakat menjudge suatu minat dan profesi. Jadi tidak jarang di masyarakat kita melihat fenomena "buah yang tidak jatuh jauh dari pohonnya" . Konon jika kedua orang tuanya dokter, maka anaknya dokter, menantu juga dokter, bahkan iparnya pun juga dokter.  

Dan menurut saya ada perbedaan yang bermakna dari ciri kepribadian seorang dokter dengan pengusaha. Seorang dokter dituntut mengerjakan segala sesuatu  mendekati sempurna, karena nyawalah taruhannya. Pendidikannya sudah membentuk pola pikirnya menjadi seseorang yang teliti, hati-hati, detail oriented, rapi, dan perfeksionis. Pengambilan keputusan dilakukan dengan terstruktur ala dokter dan alasan-alasan ilmiah serta referensi yang valid. Obat baru membutuhkan waktu puluhan tahun untuk bisa dijual ke pasaran. 

Hal ini akan membentuk ciri kepribadian anankastik (bukan gangguan kepribadian) yang kurang lebih meliputi kehati-hatian, detail oriented, taat aturan, perfeksionisme, dan ketetikatan pada kebiasaan sosial. 

Lalu bagaimana dengan pengusaha? Kecepatan adalah prioritas, membaca peluang, mempertimbangkan risiko dengan cepat , lalu keputusan langsung diambil. Karena pertimbangan yang lama sama dengan sebuah kegagalan. Tuntutan persaingan yang blak blakan membuat iklim kompetisi menjadi sangat ketat sehingga kadang kala kehati-hatian  dinomorduakan. Tidak mengherankan, jika pengusaha yang sudah sangat sukses, bisa saja bangkrut dalam sekejap. 

Seorang pengusaha tidak hanya cukup kreatif tetapi juga harus adaptable dengan berbagai macam keadaan, dari partner bisnis yang super cerewet, ketus, sampai yang pelit omong.  Jiwa persuasif yang tinggi adalah salah satu kunci keberhasilan seorang pengusaha. Disini salah satu  letak perbedaan yang mendasar dunia medis dan dunia bisnis. Dunia medis ilmiah yang baik tidak akan mempersuasi pendengarnya, tetapi memberikan analisa data sekurat mungkin. 

Pengusaha juga pasti mempunyai banyak karyawan untuk membuat usahanya membesar. Mereka harus percaya dengan bawahannya, karena mereka tahu mereka tidak mampu melakukan semuanya sendiri. Tugas harus didelegasikan. 

Pernah gak sih berpikir orang medis bisa menjadi orang bisnis tetapi orang bisnis tidak bisa menjadi orang medis? Iya ,dulu saya pernah. Seorang pengusaha tidak mesti kuliah bisnis tetapi seorang dokter wajib kuliah kedokteran.
Saya pikir, dengan intelektual yang tinggi dimiliki dokter, manajemen waktu yang biasanya cukup baik (seorang koas bekerja hampir 32 jam) ditambah dengan gemblengan yang cukup keras di bangku kuliah, saya rasa tidak susah seorang dokter juga bisa sukses di dunia bisnis.
Tapi itu dulu,

Sekarang saya berpikir, pengusaha hebat tidak bisa menjadi dokter hebat dan dokter hebat "mungkin" tidak bisa menjadi pengusaha hebat. Karena mereka memiliki kehebatannya masing-masing, pola pikir yang sudah sangat berbeda yang tidak bisa diswitch dengan mudahnya. Hanya orang luar biasa yang bisa melakoni kedua profesi itu dengan sama hebatnya.  

Sering kan melihat bahwa pemegang saham terbesar rumah sakit bukan dokter? Manajemen ekonomi rumah sakit diatur oleh bukan dokter? Mungkin modal dokter kalah dengan pengusaha? NO! Mungkin dokter terlalu sibuk sehingga tidak sempat? May be, tetapi pengusaha dengan puluhan perusahaan juga sibuk. 

Mereka dilahirkan dan dibesarkan di dunia yang berbeda. 

Jadi.....Ikuti kata hati dan passion kalian, karena hanya dengan begitu kita bisa memberikan usaha terbaik kita. Masyarakat mungkin berpikir profesi dokter lebih mulia, tetapi bukankah masih banyak jalan untuk berbuat  baik? Tingginya keegoan dan kebanggan terhadap profesi hanya akan membuat kita tertinggal dari cepatnya perubahan dunia.

Cheers,

Nessie